Sedari dulu,
beberapa kali berkesempatan mempelajari bagian tubuh manusia, tak pernah
mengajakku untuk menyadari bahwa ini adalah pilihan hidupku, seorang
aysya. Bahwa belajar mengenai systemic
lupus erythematosus, guillain-barre syndrome,
supraventrikular tachycardia, hirschprung disease, spastic quadriplegic,
basal cell carcinoma, semua itu memang
hal yang membosankan. Walau entah
mengapa menyebut nama mereka sangat membuatku geli. Suatu ketika aku ingin berlari meninggalkan
nama-nama itu, supaya aku tidak terlalu jauh melangkahkan kaki dan membenamkan
cita-cita lamaku, namun rasanya semua keinginan itu tidak cukup mendorongku
untuk tidak mengacuhkannya.
Aku terlanjur jatuh
cinta, entah sungguhan atau tipuan belaka.
Entah sejati atau pelampiasan. Yang kadang, nurani masih
mempertanyakannya. Nurani setengah rela
setengah tidak melepaskan batin yang bergejolak . Akhirnya,
kudapati sebuah cerita menarik
kemarin Jumat, tentang bagaimana seharusnya mencintai. Lebih baik memberi
daripada meminta. Ya. Seperti ini mungkin.
"Cinta" sebuah kata yang sangat
digandrungi manusia, tidak terkecuali.
Bisa jadi ke "kanan" atau ke "kiri". Atas dasar ini, aku, aysya, mencoba menjadikan cinta terhadap jalan ini,
adalah cinta yang ke kanan, yaitu bukan
cinta melainkan aku yang memberi.
Meskipun terasa berat. Bukankah
tangan di atas memang selalu membutuhkan energi yang lebih besar daripada
tangan di bawah? Analogi itu cukup menghiburku untuk menyempurnakan pemaklumanku
atas pernyataan "terasa berat". Ketika aku sudah merasa
"berat" kuingat lagi, " Fa Inna ma'al yusriyusraa.Inna ma'al
yusriyusraa". Bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Setidaknya
aku tak perlu menunggu akan kejatuhan cinta mereka (re:materi kuliah tercinta
). Justru aku menunjukkan pada Allah, Yang Maha Pemiliki Segala, bahwa aku
pantas untuk mendapat cinta mereka, bahwa aku sedang berusaha, sedang berjuang
melintasi harapan, menembus angan, mematahkan tapi. Bahwa aku harus bisa menjadi, seperti atau
bahkan lebih dari mereka yang bisa lebih mudah mendapatkan ilmu itu (re:materi
kuliah tercinta) daripada aku, seorang aysya.
Biarlah semua
berjalan dan berakhir tapi tak kubiarkan hanya seperti air mengalir, dalam duka
ataupun suka, tanpa atau dengan cinta darinya. Karena aku terlanjur memberi
cinta.
Akantetapi, aku
berusaha mengingat, bahwa memberi cinta paling utama adalah kepada Allah,
karena Dialah yang berhak dicintai manusia seutuh-utuhnya. Akhirnya, kalau dicintai Allah, apakah ada
hal yang tidak baik dari apa yang Allah
beri dan janjikan?
(Al-Baqarah 165).
Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
|
[106]. Yang
dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah
selain Allah.
-akt-
|
Komentar
Posting Komentar