A Place to Remember: Telaga Sarangan
Percaya pada
impianmu, walaupun itu hanya pernah terjadi sekali dalam mimpi, dimanapun dan kapanpun.
144 jam yang lalu
Tiba-tiba Bos Killer-ku mengajukan kuesioner
tempat wisata yang ingin dikunjungi-kepada semua karyawannya. Aku sudah bersiap menjatuhkan kepalaku ke
meja sebelum kertas itu sampai tepat di depanku, "Diisi ya, secepatnya.
Supaya bisa segera diputuskan kemana. Tapi ada ketentuan wilayahnya, ada di
kuesioner kok," katanya dengan lembut. Sungguh, aku ingin meletakkan kepalaku
sejenak setelah tertunda beberapa detik yang lalu, kalau saja Bu Bos tidak
'selembut' tadi. Bahkan Talisa yang
duduk di sampingku, hampir terjatuh dari kursi saking tidak bisa menahan tawa
setelah melihat tindak-tanduk Bos. Bagai
efek domino, Irfan yang duduk di samping Talisa pun begitu, berlanjut ke Toni
(kali ini dia menyibakkan jaketnya ke pundak, entah untuk apa), lanjut ke Surya
(dia terlalu pendiam untuk ber-euforia, kulihat dia hanya tersenyum 5
jari-khasnya), lain lagi dengan Ruru yang duduk berseberangan dengan Talisa,
memandangku dan Talisa sambil mengernyit, bak tersambar petir, begitu katanya.
Lalu dia beristighfar. Selanjutnya ber-alhamdulillah ria. Kulihat muka kusutnya
seketika menghilang. Iya, mukanya kusut. Sekusut baju Toni yang lupa disetrika.
120 jam yang lalu
Seumur aku memegang pulpen, rasanya baru
kali ini aku kesulitan menggerakkannya.
Kalau tidak karena bos yang kelewat aneh kemarin, aku mungkin tidak akan
mengisi, dengan tidak mengurangi hormatku pada bos tentunya. Sambil sibuk mencari ide-ide brilian untuk
berwisata, aku teringat notes travelling-ku. Mungkin saatnya sudah tiba,
begitu pikirku. "Hoi, kuesionernya dikumpulin besok jam 8 ya!" Irfan
berseru. Setelah itu yang kudengar adalah ber-hah-huh. Aku senang karena banyak yang belum
selesai. Iya, yang penting bukan aku
seorang tentunya.
114 jam yang lalu
Di sinilah aku. Sambil
membuka notes travelling-ku, aku
membuka lembaran-lembaran yang memuat tempat-tempat yang pernah kukunjungi.
1. 2001-Telaga
Sarangan
"Ini
adalah tempat wisata yang aku kunjungi di luar Jogja untuk pertama
kali. Waktu itu usiaku masih 8 tahun.
Tidak banyak catatan tentang wisata ini di sini karena tentunya aku
belum sempat mencatat langsung saat itu, hanya sedikit sisa ingatan dan tanpa
foto sama sekali." Tiba-tiba aku ingat kalau aku dulu aku belum
memiliki kamera sendiri, baik ponsel maupun kamera digital. Aku jadi berandai-andai, untuk memiliki
kamera yang kuidamkan dalam ponsel keluaran terbaru. Kepalaku sudah dipenuhi bayangan hasil browser
spesifikasi ponsel terbaru. Aku mengaduh. ' Sabar-sabarkan dirimu, lakukan
satu-satu', begitu gumamku. List tempat wisata dulu baru ponselnya.
2. 2004-Kopeng,
Salatiga
"Wisata
yang kedua dan aku masih berusia 11 tahun. Tidak ada foto." Lagi-lagi tidak ada
foto. Aku ingin kamera idamanku! Browser
sudah kuklik. ' Ups, sabar-sabar' , lagi-lagi aku bergumam. Kutunda lagi
niatku.
3. 2011-Dunia Fantasi,
Jakarta
"Aku
merasa ngeri dengan perjalanannya karena menggunakan bus besar. Tetapi semua rasa ngeri itu tidak berubah
setelah sampai wahana. Setelah menimbang dan memutuskan, akhirnya aku ikut naik
histeria (untung sepatuku sudah kukencangkan talinya. Kalau tidak mungkin sekarang
aku tidak bersepatu)." Hampir saja kelepasan tertawa dan membangunkan
orang rumah. “Saat naik roller coaster
rasanya seperti akan jatuh terjungkal ke bawah. Syukurlah tidak terjadi."
Aku jadi ngeri sendiri mengingatnya. Kali ini ada beberapa foto yang sempat
diambil oleh temanku. Tapi tetap saja
itu bukan kamera ponsel idamanku.
4. 2013-Masjid Agung
Jawa Tengah
"Masjid
yang luar biasa luasnya. Sayangnya aku
tidak sempat menikmati 'payung teduh' di halaman depan masjid. Aku hanya sempat naik menara Al- Husna (Al-
Husna Tower) yang tingginya 99 meter dan
bisa mengamati Kota Semarang dari atas." Aku mengingat
momen itu. Itu adalah pengalaman terbaik dari banyak tempat yang sudah
kukunjungi. Beberapa foto juga sempat
aku ambil, dengan kameraku sendiri.
Mungkin foto ini bisa kujadikan refleksi kamera idamanku, begitu
pikirku.
5. 2014-Air Terjun
Wonolelo Magelang
"Sangat
menyenangkan bisa memercik air ke sembarang arah dan dengan sumber air
melimpah! Sayangnya aku tidak bawa baju ganti, alhasil aku masuk angin di
mobil." Ini perjalanan terburuk sepanjang masa,
pikirku. Kulihat lagi foto yang tersemat
di bawah tulisan review-ku dulu. Walaupun begitu ini tempat yang cantik. Aku mengeluh karena
fotonya kurang jelas. Benar-benar harus punya kamera yang bagus ya, ternyata.
6. 2017-Pantai Klayar,
Pacitan
"Perjuangan
selalu membuahkan hasil. Setelah capek jalan naik-turun bukit menuju pantai,
aku langsung menerjang pasir putih itu.
Mulai berselfie dengan teman-teman.
Benar-benar pantai yang indah. Apalagi dengan topi ala turis berwarna
putih. Tak kalah penting, Seruling Samudera.
Akhirnya aku bisa melihatnya (kupikir itu bentuknya seperti seruling,
ternyata…)." Aku berpikir sejenak, lupa yang mana seruling
samudera. Lalu mulai membuka galeri di hari itu. Satu detik, dua detik, 15
detik, sudah kutunggu. Tapi tidak ada yang muncul di layar. Aku beristighfar
supaya sabar, harus menunggu untuk membuka galeri lama di ponsel. Sampai aku sudah tidak antusias untuk
mencarinya. Lepas dari fokus Seruling Samudera,
aku mulai menyadari bahwa kualitas fotoku semakin bagus, tapi sepertinya aku
memiliki masalah baru dengan memori ponsel. Sudah penuh. Aku membutuhkan ponsel berkamera kualitas
bagus dan kapasitas memori yang lebih banyak.
Perlu digaris bawahi 'bukan kamera DSLR dan sejenisnya atau kamera
digital' karena aku tidak suka kamera-kamera itu.
7. 2018-Puncak
Kosakora, Gunung Kidul
"Sampai
di puncak Kosakora, kami bersiap mengabadikan momen sunrise dan pemandangan
pantainya. Indah sekali. Sampai
kehilangan kata."
Kuteliti lebih dekat, ternyata memang
aku membutuhkan hasil jepretan yang lebih bagus lagi. Semakin tinggi motivasiku untuk berburu
ponsel baru. Aku harus membeli yang baru, aku sudah memutuskan.
Keputusan
membeli ponsel baru sama bulatnya dengan keputusan memilih nomor satu. Karena sekeras aku mengingat tempat itu,
tidak ada ide sama sekali bagaimana bentuknya dulu saat aku kesana. Meskipun aku bisa browsing, itu bukanlah gambar milikku. Jadi, sebaiknya kembali ke tempat itu
daripada penasaran seumur hidup dan yang pasti, mengabadikan dengan ponsel yang super. Iya daripada penasaran kan?
102 jam yang lalu
Setelah aku dan teman-temanku
mengumpulkan kuesioner karyawisata itu, kami seharusnya kembali bekerja tetapi tidak
denganku. Sepertinya aku sudah terhipnotis dengan bayang-bayang spesifikasi ponsel
keluaran terbaru. Aku sudah membuka
spesifikasi ponsel lamaku, si Kotak. Iya
namanya Kotak. Aku tidak bercanda.
Sesuai dengan keluhanku saat ini, resolusi
untuk urusan ponsel di 2018 akhir, aku membutuhkan kamera dengan ponsel yang
memiliki memori super dibanding ponsel sebelumnya. Aku tertarik dengan ponsel berwarna biru agak
keunguan dari Huawei, Huawei Nova 3i. Memori penyimpanannya besar! Kamera
adalah tujuan selanjutnya. Oke, menurut spesifikasi ponsel, kameranya Quad AI Camera (kamera yang bisa mendeteksi wajah dan pemandangan, yang
dilakukan oleh kamera ber-Artificial
Intelligence, sehingga mempengaruhi hasil pengambilan gambar). Itu pasti
keren. Lebih dari ponsel lama. Aku
sangat tergiur. Selain itu, Huawei Nova
3i juga memiliki premium design dan powerful performance. Ponsel
impian!
Hari keberangkatan.
Aku merasa perjalanan tadi sangat
singkat, entah apa yang terjadi. Seperti
tidak naik bus, karena tiba-tiba saja aku sudah berdiri di dekat Telaga
Sarangan. Ini semakin aneh, karena
teman-temanku terutama Ruru dan Talisa, serta Bu Bos menyeru ke arahku. Bertepuk tangan. Ini ada apa? Tetiba, dari arah belakang, ada
tangan yang menutup mataku. Aku langsung
memegang tangan itu dan berusaha melepaskan diri, tapi tidak bisa. Aneh sekali.
Aku berusaha teriak, tapi tidak ada suara yang keluar! Aku terus
beristighfar. Tiba-tiba orang itu
melepas tangannya dari mataku dan membalikkan badanku, aku melihat sebuah kotak
persegi panjang, dilapisi kertas kado berwarna biru laut dengan pita berwarna
putih, err mirip kotak ponsel. Lalu
semua yang disana menyeru,”Buka Na, buka, buka …” suara mereka tidak
berhenti. Belum sempat aku kaget karena
membuka kotaknya, tiba-tiba seseorang yang sedari tadi keberadaannya tidak
kupedulikan membuat jantungku serasa mau lepas, “Maukah kamu menikah denganku?”
aku belum sempat menjawab karena bingung sekaligus tidak tahu harus berbuat
apa, tapi anehnya laki-laki tadi, yang menutup mataku, membukakan kotak dan
isinya adalah … ponsel. Ponsel yang sangat kuinginkan sedari kemarin. Tapi, aku harus memikirkan hal lain yang
lebih penting. Laki-laki ini siapa? Aku
tidak bisa melihat wajahnya, dan kenapa dia bisa tiba-tiba melamarku? Aku masih
sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba…
“Aduh, sakit.” Badanku terbanting ke lantai. Mataku refleks membuka dan sekelilingku
adalah kasur beserta isi kamar. Ternyata itu mimpi.
Dua bulan kemudian.
Setelah karyawisata itu, hidupku
berjalan normal. Aku bekerja dengan
Talisa, Irfan, Toni, Surya, dan Ruru, seperti biasa. Bos Killer kembali menjadi killer
setelah karyawisata, ternyata karyawisata adalah ‘sogokan’ agar kami mau
bekerja lembur untuk 2 bulan ini.
Kehidupanku tidak ada yang aneh. Tetapi aku benar-benar heran, karena merasa
memimpikan hal yang indah sebelum berangkat ke Sarangan dan tidak bisa
mengingatnya. Itu apa ya? Ngomong-omong, aku belum jadi membeli ponsel keluaran
terbaru itu karena baru sibuk, lembur. Akan aku usahakan lain waktu. Harus.
Satu bulan
kemudian.
Sabtu ini aku dipaksa ikut ke Telaga
Sarangan oleh ayah ibuku. Yeah. Sebenarnya aku senang. Kalau hanya
untuk jadi sopir, tidak masalah. Yang paling menyebalkan adalah menjadi obat
nyamuk, melihat beliau berdua bermesraan. Bukannya aku tidak suka, itu malah
bagus. Tapi, aku kan jomblo. Iya aku jomblo.
Sesampainya di sana, aku mengikuti
mereka sampai tepi Telaga Sarangan.
Seperti deja vu, aku merasa ada
yang menutup mataku dari belakang. Ya
Allah, ini sama seperti mimpiku. Jantungku bahkan sudah sekeras ini, aku malu
sekali kalau sampai ketahuan.
Entah bagaimana ceritanya, takdirku jadi
begini. Kejutan dari Allah memang luar
biasa. Ini kejutan pertama, dilamar
seseorang yang aku mencintainya dan juga sebaliknya. Dan aku berharap di sini juga, dia akan
memberiku hadiah ponsel itu. Aku akan
memenuhi galeri ponsel baru dengan foto kami berdua, di tempat ini, dan
tempat-tempat indah lainnya. Aku tidak
salah untuk berharap seperti itu kan? J
.
.
.
Cerita di atas
merupakan fiktif belaka, kecuali tempat-tempat yang pernah dikunjungi dan tentu saja Huawei Nova 3i, Quad AI Camera, smartphone termurah
di kelasnya dengan storage 128 GB!
Jika ada kesamaan
nama, latar, kejadian, dan lain-lain, hal tersebut karena kebetulan
semata.
huwaaaa aku kira beneran loh ini mbak hhee
BalasHapuslarut dalam tulisannya mbake hhee
Smoga terwujud untuk memiliki smartphone huawei nova 3i nya yah mbak
smungudtt ^_^
Salam kenal dari Bumi Jember
Aamiin, salam kenal juga dan terima kasih mbak Khoirur Rohmah,:)
Hapus