Rasulullah SAW bersabda," Janganlah kamu
sekalian saling mendengki, saling mengicuh, saling membenci, saling menjauhi, dan janganlah
membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain,
maka tidak boleh mendzaliminya, menelantarkannya, mendustainya, dan
menghinakannya. Taqwa itu ada di sini
(seraya menunjuk dada beliau tiga kali).
Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya
sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian
juga harta dan kehormatannya." (H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Aysya hampir yakin
bahwa setiap orang teramat sering
membaca hadist tersebut. Sesama muslim
adalah saudara. Aysya juga hampir yakin bahwa semua orang muslim
memahami maksud hadist tersebut, setidaknya paham untuk mengamalkan meskipun
pada banyak kesempatan terasa sulit.
AYSYA
Saya jadi teringat
sesuatu tentang saudara dalam keimanan, muslim.
Bahwa setiap kali kita memiliki suatu tujuan, tentunya banyak jalan yang
bisa kita tempuh, semacam kuotes terindah yang saya dapatkan dari Pamong saya
di SMA dulu, " Gapailah cita-cita setinggi gunung, yang puncaknya satu
tapi bisa dicapai dari berbagai arah dan cara." Rasanya ingin menangis ketika memutar rekaman kuotes
beliau. Bagaimana tidak? Sekarang saya
dihadapkan pada keadaan yang terantuk-antuk akan kebencian yang alasannya
menurut saya tidak bisa dianggap logis.
Dianggap tidak logis karena masalah dalam " cara dalam menggapai
puncak gunung" yang saya anggap sebenarnya sama. Ataukah sebenarnya saya belum mengerti
apa-apa? Entahlah.
Setidaknya
ketidakmengertian saya, sebagai seorang Aysya adalah hal unik yang membuat
pikiran ini terus berangan. Andai kata,
jalan menuju puncak itu banyak, akankah saya dan "dia" saling
menhambat? Dia yang memiliki jalan di samping jalan saya, akankah dia
membiarkan diri saya terjatuh di jalan saya sendiri tanpa menggubris sedikit
pun? Apakah dunia sekejam itu, menggilas kemanusiaan tanpa keberpihakan pada
yang lemah? Apakah nurani akan dimusnahkan karena kepentingan golongan?
Astagfirullahaldzim, hanya kepada Allah - lah saya berharap, dan berlindung
dari dunia yang fana.
Walaupun
ketidakpahaman saya hanya bernilai "apalah" dibanding semilyar ilmu
milik Allah Yang Maha Kaya, belum juga membuahkan dorongan untuk mencari sumber
terpercaya bahwa kepada siapakah saya seharusnya bertanya dan berargumen
tentang dunia dan segala tipu dayanya ini.
Hmm maksud Aysya, berargumen dan bertanya tentang sikap apa dan
bagaimana sebaiknya manusia saling bahu membahu untuk mencapai tujuan besar
sebagai "Rahmatan Lil 'Alamin. Itu
maksud saya, yang dalam realitanya sangat sulit menggamblangkan maksud dan
tujuannya.
Bahwa kita tidak
akan selalu melaju berdampingan, bahwa kita sering saling mendahului dan
mungkin saling berhadapan, atau bahkan bertabrakan. Tapi ingat, siapa tahu memang benar puncak
yang kita ingin gapai adalah sama, siapa tahu. Kalaupun ternyata berbeda,
setidaknya kita masih beriringan, walau hanya beriringan, entah siapa yang
dahulu mencapai puncak, yang sama ataupun bukan.
-akt-
Komentar
Posting Komentar