LELAH BERNAPAS

Lelah Bernapas
Tuesday, October 20, 2015
9:56 PM
Episode dimana terasa melelahkan untuk bernapas, entah rasanya seperti apa lelah bernapas.  Tapi yang jelas, makhluk sperti ini sudah bosan hidup.  Bernapas adalah suatu anugrah, tak terhingga, yang entah kapan akan dicabut dari tubuh ini.  Mungkin, karena mereka (atau saya) tidak pernah mengalami gagal napas, bisa mengatakan lelah bernapas.  Yang ternyata tidak bisa bernapas itu menyakitkan.  Pastinya menyakitkan. 

Terlintas untuk segera meninggalkan dunia yang penuh keributan ini.  Tapi, terlalu dini untuk pergi di tengah orang-orang yang berharap banyak pada diri ini.  Terlalu awal untuk berpamitan pergi mendahului, sebelum ada hadiah yang harus diserahkan, terlalu awal untuk mengakhiri yang belum selesai, terlalu awal untuk pergi tanpa peduli akan hutang yang belum terlunasi, terlalu keterlaluan dengan dosa yang berlipat-lipat dan masih menumpuk setinggi gunung yang malah belum dimintakan ampun kepada Allah SWT.  Terlalu kini untuk meneggelamkan 'perahu' yang ingin menjadi bahtera ini, yang belum sempat terwujudkan dengan menyampaikan, yang harus dibuat melayang supaya tak terlihat mata, dan tidak karam lalu tenggelam di dasar lautan luas.   Terlalu  dini.

Lelah bernapas mungkin cuma salah satu alasan dari sekian alasan yang mungkin logis untuk diterima (atau mungkin lelah bernapas adalah alasan yang sangat kurang logis), dibanding alasan-alasan mengherankan lain.  Ada yang kehilangan belahan jiwa, ada yang kehilangan kekayaan, ada yang kehilangan akal (atau saya termasuk ini?), ada yang kehilangan arah karena merasa dikhianati hidup.  Mengherankan bukan? Hidup itu memang hakikatnya akan penuh dengan masalah, tanpa masalah berarti bukan hidup.  Sehingga alasan itu bukanlah yang patut diterima, iya kan?

Lelah bernapas,  mungkin ini akan jadi kecaman besar bila memposting kan di media sosial, dimana ada ribuan orang yang tengah berjuang mati-matian untuk bisa bernapas dengan bebas di udara yang bersih, dimana ada ribuan orang terengah-engah mencoba tetap hidup dengan udara kotor yang sangat membosankan.  Mengapa di saat orang-orang membutuhkan udara bersih, saya berpikir untuk lelah bernapas? Hanya karena lelah bernapas? Saya rasa itu hanya excuse yang tidak masuk akal.  Saya rasa lebih tepatnya karena keputusasaan akan hidup, sama halnya dengan alasan mengherankan di atas, yang tidak bisa diterima akal sehat.  Jadi, buat apa meneruskan pemikiran lelah bernapas?  Itu hanya menyita waktu dan tenaga. 

Janganlah lelah untuk bernapas, tapi lelahlah untuk mengeluh ketika selalu berhasil  bernapas.-an0nim-

AKT

Komentar